Rabu, 04 Januari 2012

Othan!;-D

Hallo semua! Kali ini gue akan ngebahas masalah yang sangat klasik, hm, biasanya sih cewek-cewek yang pernah ngerasain hal ini. Tapi, nggak menutup kemungkinan cowok-cowok nggak merasakan ini.

Dicintai dan mencintai, wetsah. Jangan salah sangka dulu. Emang sih gue akan ngebahas tentang cinta, tapi, ini lebih sensitif lagi. Dicintai dan mencintai diri sendiri, lebih tepatnya.

Sering kita nggak PD sama diri kita sendiri. Misal nih ya, pas mau ketemu gebetan nggak jarang di dalam benak kita akan ada kata-kata kayak gini, "duh abis nih gue! gue lagi berantakan, apa kata dia kalau ngeliat gue?". So? Sebenarnya nggak ada salahnya juga kita berpikiran seperti itu. Gini ya, emang dia ngeliatin kita? Belum tentu juga kan, jangan GR deh~~ *inikenapa-_-*. Yaaaa, berpikiran seperti itu bisa jadi kita sangat peduli sama penampilan kita. Atau, kita nggak mau kehilangan muka di depan gebetan. Atau mungkin, kita ingin jadi yang terbaik untuk si gebetan. Dan, menurut gue itu nggak salah-salah juga.

Tapi, letak kesalahannya itu di sini. Gimana bisa orang mencintai kita kalau kita sendiri belum bisa mencintai diri kita sendiri. Tanda kurung gini ya, mencintai apa adanya. Nah, kalau ngomongin beginian rata-rata pasti pengen si gebetan mempraktikan Just The Way You Are-nya Bruno Mars.

Kita mungkin selalu berpikiran negatif tentang diri kita sendiri, kurang inilah itulah apalah. Pokoknya yaaaa kayak kekurangan dalam diri kita itu nggak ada habis-habisnya. Coba pikir lagi deh, emang Tuhan seceroboh itu apa sampai-sampai menciptakan makhluk-Nya dengan 99% kekurangan&1% kelebihan. Nggak kan? Jadi, mulailah berpikiran positif pada diri sendiri.

Bagi cewek-cewek, mungkin ya kalau ngeliat cewek yang lebih cantik dari mereka kebanyakan berpikir. "Kok gue nggak secantik dia sih? Ihhh envy, pasti banyak cowok yang suka deh." Mungkin kalian bertanya-tanya, darimana gue tau hal ginian? Yaaa karena gue cewek, dan jujur gue sering merasa dalam kondisi seperti ini. Emang sih, daya tarik seorang cewek itu kalau nggak dari body yaaaa pasti tampang.

Gue pernah ketemu seorang cowok, nama panggilannya Othan. Dia itu tipe cowok yang jutek, cuek, nerdtapikece, dan... kurang peka sama keadaan sekitar. Dan gue amatsangat ogah kalau disuruh bareng sama dia, oke ini nggak penting. Othan ini idolanya seluruh cewek yang ada di sekolahnya. Dan, gue bingung. Apa sih bagusnya Othan? Emang sih dia cakep, putih, tinggi, pinter. Tapi, menurut gue pribadi nih ya, semua itu nggak ada artinya kalau nggak dilandasi dengan sifat yang bisa lebih terbuka akan keadaan sekitar. Dan, gue rasa, mata orang yang lagi jatuh cinta sama yang nggak itu beda. Bedanya, orang yang lagi jatuh cinta selalu menganggap gebetannya itu pualing the best deh pokoknya. Sedangkan yang nggak pasti bakal kebingungan mencari 'sesuatu' dari si cowok-idola-satu-sekolah itu.

Suatu hari, ada yang nembak Othan. Dia ngajak ketemuan pas ekskul basket gitu. Menurut gue pribadi, lagi, itu suatu kesalah besar. Kenapa? Karena gue tau anak-anak basket di sekolah itu ember abis! Siapa tau kan si cewek ini entar ditolak Othan dan ada salah satu dari mereka tau lalu beritanya disebarin sampai-sampai ibu kantin tau, iya kan?

Ternyata dugaan gue meleset. Demi mengatasi semua itu, si cewek ngajakin ketemuannya di suatu kelas yang udah kosong. Terus mereka duduk berdua di situ.

"Kenapa?" Tanya Othan, dengan gaya yang sama sekali nggak menunjukkan ketertarikan dengan apa yang akan cewek itu bicarakan.

"Than, maaf kalau gue lancang. Gue udah suka sama lo dari dulu, dan gue cuma mau bilang kalau gue cinta sama lo."

"Terus?"

Si cewek mulai gugup, karena Othan datar banget nge-responsnya. "Emmm, lo mau nggak jadi pacar gue?"

Othan langsung ngakak, cewek yang nembak dia langsung ciut gitu nyali-nya. "Lo tau nggak? Pacaran itu syaratnya harus saling mencintai. Dan, hm, maaf gue nggaj punya rasa yang sama ke elo."

"Kenapa lo nggak suka sama gue?"

"Menurut lo?"

"Gue tau gue nggak seperti yang lo harapkan, gue emang nggak cantik, gue nggak punya otak dewa dan... gue nggak punya body kayak model. Tapi gue cinta sama elo, Than! Apa itu nggak cukup?" Si cewek itu mulai nangis bombay. Setau gue, Othan paling benci liat cewek nangis.

"Gimana bisa gue cinta sama lo kalau lo sendiri aja nggak bisa mencintai sama diri lo sendiri."

"Tapi gue kan cinta sama elo, Than! Kita bisa coba dulu kan?"

"Gue nggak ngerti ya sama lo. Gue bilang, gue nggak punya rasa yang sama buat lo!"

Dan, gue pikir Othan kasarnya emang keterlaluan. Tapi dia emang bener. Daripada menjalin sebuah hubungan tanpa ikatan rasa saling menyayangi, mending nggak usah memulai sama sekali kalau akhirnya harus ada yang tersakiti. Dan gue suka cara Othan saat dia bilang, "Gimana bisa gue cinta sama lo kalau lo sendiri aja nggak bisa mencinta sama diri lo sendiri." Gue ngerti, Othan nggak suka cewek yang kayak gitu. Yang selalu merasa tampang adalah satu-satunya alasan yang bikin mencintai tapi nggak bisa dicintai.

Othan pernah bilang sama gue, "nggak semua cowok jatuh cinta karena tampang, tapi emang rata-rata cowok-cowok itu tertarik sama tampang&body seorang cewek tapi nggak sampai jatuh cinta."

"Terus lo suka cewek yang gimana?"

"Jujur, gue bukan orang yang pintar mendeskripsikan perasaan. Gue suka liat cewek senyum yang benar-benar ikhlas, itu aja."

So girl, jangan pernah ngerasa diri kalian itu bad banget. Karena, kalau gebetan kalian juga suka sama kalian, dia pasti akan suka dengamn cara kalian yang apa adanya. Dalam tanda kutip, jangan juga melakukan atraksi yang bikin dia ilfeel. Over all, kalau dia benar-benar the one buat kita, pasti akan ada jalannya kok!;-D

Jadi, mulai sekarang mulailah berpikiran positif. Jangan penuhi otak kalian dengan pikiran yang menjuruskan kalian pada ketidak PD-an tingkat akut. Karena semua manusia diciptakan dengan keunikan masing-masing. Dan... dari sekarang mulai lah belajar menghargai orang lain;-)

Btw, Othan itu sebenarnya nama samaran wkwk. Sahabat gue, dan sahabat Ravi juga<3<3<3

Eh iya, percakapan di atas sebenarnya pakai bahasa daerah gue, bahasa banjar wkwk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar